Betulkah mengonsumsi daging ayam broiler dapat mengganggu pusat seks bayi yang
dilahirkan terutama bagi anak laki-laki yang dilahirkan
karena akan menjadi kelebihan hormon esterogen yang merupakan hormon perempuan?
Jawabannya adalah : SALAH
Karena pakan ayam tidak memakai HORMON.
Hormon
sebagai pemacu pertumbuhan atau penggemukan yang mengandung hormon
Diethylstilbestreal/DES dan lain-lain hormon sejenis berdasarkan Surat Edaran
Direktorat Kesehatan Hewan No. 329/XII-4/10/1983 dilarang diedarkan dan
dipergunakan. Hormon, menurut SK Dirjen Peternakan No. 179/KPTS/DJP/Deptan/1980
termasuk dalam golongan obat keras. Adapun obat keras untuk hewan adalah obat
hewan yang apabila pemakaiannya tidak sesuai dengan ketentuan akan berbahaya
bagi hewan dan atau manusia yang mengonsumsi hasil hewan tersebut.
"Hormon"
phobia dikalangan masyarakat kita tidak lain bermula dari keheranan masyarakat
awam tentang pertumbuhan ayam ras yang luar biasa itu.
Coba
bayangkan, DOC beratnya 40 gr, dalam waktu 1 minggu beratnya lebih dari 4 kali
semula (175 gr) dan siap dipotong pada umur 30 hari karena beratnya sudah
mencapai 1,5 kg.
Wajar
jika muncul pertanyaan rekayasa macam mana yang telah diberikan dan mungkin
masih banyak lagi pertanyaan yang muncul dibenak masyarakat awam.
Tabel
I
PERKEMBANGAN PERFORMANS
2005 – 2010
Age
|
BW (g/b)
|
ADG (g/b/d)
|
Cum FI (g/b)
|
FCR
|
||||
(Wk)
|
2005
|
2010
|
2005
|
2010
|
2005
|
2010
|
2005
|
2010
|
1
|
160
|
175
|
16.7
|
19.1
|
146
|
150
|
0.92
|
0.86
|
2
|
418
|
486
|
37
|
44.4
|
514
|
512
|
1.23
|
1.05
|
3
|
803
|
932
|
55
|
63.7
|
1124
|
1167
|
1.4
|
1.25
|
4
|
1265
|
1467
|
66
|
76.4
|
1923
|
2105
|
1.52
|
1.46
|
5
|
1765
|
2049
|
71.4
|
83.1
|
2912
|
3283
|
1.65
|
1.60
|
ADG -
Average Daily Gain
Cum FI - Cumulative Feed Intake
FCR -
Feed
Convertion Rate
Ilmu
peternakan yang paling sederhana telah menggaris bawahi bahwa usaha beternak
apa saja ada 3 faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor genetik, lingkungan
(pakan, kesehatan, manajemen) serta permintaan pasar. Rupanya faktor genetiklah
yang menyebabkan pertumbuhan broiler tersebut begitu cepat. Lalu pertanyaan
muncul, mengapa genetis ayam ras lebih “super” dibanding ayam buras? Itulah
hasil kemajuan ilmu genetika dan seleksi rumit yang dilakukan oleh genetisis.
Sudah
lebih dari 50 tahun penelitian tentang ayam yang meliputi seleksi genetis serta
pencatat asal usulnya telah dilakukan oleh para genetisis mulai dari galur
murni (pure line), garis kakek nenek (grand parent stock), garis orang tua
(parent stock) sampai garis akhir (final stock). Dikatakan final stock karena
bila ayam-ayam tersebut dikawin silangkan lagi maka keturunan berikutnya akan
lebih jelek daripada performa orang tuanya. Jadi ayam final stock adalah ayam
terbaik yang dihasilkan dari proses kawin silang dan seleksi genetis generasi
sebelumnya.
Tabel
II
PERUBAHAN PERFORMANS
Period
|
Days to 1.800 gr
|
FCR
|
1950
|
84
|
3.25
|
1960
|
70
|
2.50
|
1970
|
59
|
2.20
|
1980
|
51
|
2.10
|
1990
|
42
|
1.93
|
2000
|
36
|
1.65
|
2010
|
34
|
1.58
|
Dari
data tersebut diatas terlihat perkembangan genetik dari ayam pedaging (broiler).
Kalau pada tahun 1950 untuk mencapai berat badan 1800 gr dibutuhkan waktu 84
hari dengan fcr 3.25, maka tahun 2000 waktu yang dibutuhkan 36 hari dengan fcr
1.65 dan tahun 2010 hanya dalam waktu 34 hari telah mencapai 1.800 gr dengan
fcr 1.58, dan tahun 2020 berat badan 2.580 dalam waktu 35 hari dengan fcr 1.33.
Untuk
mendukung keunggulan genetis suatu ternak dan menjadikan penampilan ternak
sesuai yang diharapkan, perlu kondisi lingkungan yang memadai. Lingkungan yang
dimaksud adalah pakan yang bernilai nutrisi tinggi, kesehatan yang prima,
kandang yang nyaman serta disiplin pemeliharaan. Diharuskan memberikan pakan
yang cukup sesuai dengan kebutuhan, dilakukan pencegahan penyakit (vaksinasi)
dsb. Bila persyaratan itu dipenuhi, maka tak setetespun hormon pertumbuhan yang
diperlukan untuk menghasilkan ayam pedaging (broiler) berbobot lebih dari 2 kg
dalam waktu 35 hari. Selain hormon dilarang dipergunakan juga menambah ongkos
produksi (tidak ekonomis) dan menghabiskan waktu untuk menyuntik satu persatu.
Kita
semua tahu bahwa protein adalah salah satu unsur yang penting untuk membentuk
kualitas berfikir maupun kesehatan manusia. Dibandingkan negara lain, Indonesia
sangat ketinggalan dalam konsumsi protein hewani pertahun/kapita yang dapat
dilihat pada tabel III.
Tabel
III
KOMPARASI
KONSUMSI (KAP/TH)
Indonesia
|
Malaysia
|
Thailand
|
Philipina
|
Singapura
|
|
Broiler
(kg)
|
7
|
38,5
|
14
|
8,5
|
28
|
Telur
(butir)
|
86
|
311
|
216
|
120
|
500
|
Susu
(liter)
|
9
|
27
|
22,1
|
11
|
56
|
Daging
sapi (kg)
|
2,1
|
43
|
23,3
|
19
|
80,3
|
Ikan
(kg)
|
30
|
45
|
31,1
|
31,7
|
22,8
|
Diolah
dari berbagai sumber (2011)
Kita
harus tingkatkan konsumsi protein hewani agar generasi mendatang tumbuh dengan
baik, tidak “stunted” (pendek). Perlu adanya kampanye gizi yang terus menerus
secara nasional dalam rangka menyadarkan masyarakat tentang pentingnya protein
hewani antara lain, daging, susu dan telur mulai dari pemimpin yang paling
tinggi sampai ke desa-desa agar timbul kesadaran secara nasional sehingga
masyarakat dapat mengalokasikan belanja rumah tangga dengan cara yang benar.
Perkembangan
teknologi sudah sedemikian maju, komunikasi begitu canggih, manusia tidak dapat
menguasai semua ilmu, masing-masing ada spesialisasinya. Semoga tulisan ini
menghapus keraguan dan kekuatiran kita untuk menyantap ayam yang proteinnya tinggi
dan semoga issue yang menyesatkan ini tidak terulang lagi.
GPMT